Rabu, 13 Oktober 2010

Menyulap Kamar Villa Menjadi Studio Musik


Kamar villa yang mirip kamar hotel berubah menjadi 180 derajat untuk keperluan workshop J-Rocks. Butuh usaha yang tidak mudah untuk membuat ruangan workshop yang pas. Itupun dilakukan tengah malam.

Persis tengah malam (4/10) rombongan J-Rocks masuk Villa di daerah Sentul Bogor. Villa dua lantai itu cukup besar. Raungan bawah ada yang dipakai sebagai lapangan futsal. Bukit dapat dilihat di depan dan belakang villa.

Semua orang turun dari mobil dan berpencar untuk mencari tempat yang pas untuk menempatkan alat-alat musik. Semua kamar dan ruangan diperiksa. “Gak ada orang yang protes kalau kita berisik di sini kan?” Kata Sony.

Akhirnya keempat personel J-Rocks sepakat untuk menggunakan sebuah kamar yang ada di pojok villa. Letaknya di lantai dua. Ruangan yang tadinya rapi dan lengkap seperti kamar hotel itupun dirombak total. Tempat tidur dikeluarkan. Kursi dan meja yang tidak dipakai juga ikut dibersihkan. Ruangan ukuran 4 X 4 meter itu terlihat lapang.

Itu tidak berlangsung lama. Ruangan kembali penuh dengan hardcase dan barang-barang lain yang dibawa dari Jakarta. Ada delapan gitar, dua buah bass, satu set drum elektrik, amplifier buat gitar dan bass, keyboard controller, biola dan banyak lagi. Dua personal computer yang dibawa oleh Sony dan Andrie , additional keyboardist J-Rocks ikut menyesaki ruangan itu. Andrie bertugas sebagai operator rekaman.

Iman, Sony, Wima dan Anton serta dibantu Andrie, Abek, kru J-Rocks dan penjaga vila mengangkat barang-barang itu sendiri. Satu-persatu dikeluarkan dari mobil dan diangkat ke lantai dua.

Proses setting alatpun dimulai. Pertama menentukan posisi yang pas untuk tiap alat. Sony meminta drumnya elektriknya menghadap ke luar ruangan. "Bosen lihat mereka terus," candanya. Pertama dipasang adalah komputer untuk sebagai alat kontrol suara. Semua orang bekerja. Seperti Anton, ia memasang drumnya sendiri.

Pukul 02.20 setting ruangan selesai. Ruangan berubah total. Lebih mirip sebuah studio musik. Semua instrumen telah dikeluarkan dari hardcase-nya. Hardcase yang tidak digunakan lagi, dipindah ke ruangan lain. Tiap personel mempunyai tempat sendiri-sendiri. Wima memilih dekat jendela berseberangan dengan Anton. Sony memilih di dekat komputer. Iman lesehan di karpet. Sesekali ia memainkan gitar sambil berdiri.

Waktu jam-session dimulai. Belum ada vokal. Hanya instrument yang dimainkan. Beberapa kali berhenti sesaat untuk diskusi. Wima dan Anton terlibat berapa percakapan untuk menentukan beat lagu. Begitu juga Iman dan Sony. Suasana mulai menghangat. Menjelang subuh, sekitar pukul empat pagi. Latihan harus diakhiri tiba-tiba karena aliran listrik putus.(dra)

Bersambung.


0 komentar:

Posting Komentar