"Gerah Dibajak, J-Rocks merencanakan Rilis Album Digital"
Group Band J-Rocks berniat merealisasikan album digital, yang akan diperjualbelikan di situs resmi dengan pembayaran via mobile banking atau via transfer bank."Kalau mengandalkan penjualan secara fisik, rasanya sudah semakin sulit, karena pembajakan CD di Indonesia sudah mengusai hampir 70% penjualan penyanyi aslinya," urai vokalis J-Rocks, Iman Taufik, di Hotel Hyatt Regency.
Iman menyebutkan, dengan sisa pasar yang hanya 30% ini, pihak label musik sangat sulit meraup keuntungan. Terlebih menurutnya, era digital kian memudahkan pecinta musik untuk mengunduh dari berbagai piranti dengan teknologi canggih.
"Kami sebagai musisi harus menyadari juga, bahwa kemajuan teknologi harus diikuti dinamisasinya, dan kita tak bisa lagi mengandalkan penjualan dalam bentuk fisik," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan juga oleh sang drummer, Anton yang merasa gerah dengan tingginya angka pembajakan hasil karya musik di Indonesia.
"Kami tertarik mengadopsi gaya group band Radiohead yang menjual albumnya lewat situs, dan fansnya memberikan kontribusi uang yang tidak dibatasi nominalnya," terang Anton saat dijumpai.
Sebagai group band genre anak muda, Anton mengaku tak bisa lagi menjual CD dan kaset dengan angka yang fantastis, kendati pecinta J-Rocks relatif banyak masanya.
"Maraknya pembajakan membuat para musisi sulit lagi meraih penjualan signifikan, bahkan band papan atas pun kini sudah tak sanggup lagi mencetak berjuta juta copy, paling tinggi di 400 ribu juga sudah luar biasa," imbuh Anton.
Group Band J-Rocks merupakan kumpulan anak muda yang merambah industri musik, lewat genre musik Traditional Japan sebagai ruh pertamanya,dan hingga album keempatnya, musik mereka berkembang dengan sentuhan warna baru.. (dra)
"Kalau mengandalkan penjualan secara fisik, rasanya sudah semakin sulit, karena pembajakan CD di Indonesia sudah mengusai hampir 70% penjualan penyanyi aslinya," urai vokalis J-Rocks, Iman Taufik, di Hotel Hyatt Regency.
Iman menyebutkan, dengan sisa pasar yang hanya 30% ini, pihak label musik sangat sulit meraup keuntungan. Terlebih menurutnya, era digital kian memudahkan pecinta musik untuk mengunduh dari berbagai piranti dengan teknologi canggih.
"Kami sebagai musisi harus menyadari juga, bahwa kemajuan teknologi harus diikuti dinamisasinya, dan kita tak bisa lagi mengandalkan penjualan dalam bentuk fisik," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan juga oleh sang drummer, Anton yang merasa gerah dengan tingginya angka pembajakan hasil karya musik di Indonesia.
"Kami tertarik mengadopsi gaya group band Radiohead yang menjual albumnya lewat situs, dan fansnya memberikan kontribusi uang yang tidak dibatasi nominalnya," terang Anton saat dijumpai.
Sebagai group band genre anak muda, Anton mengaku tak bisa lagi menjual CD dan kaset dengan angka yang fantastis, kendati pecinta J-Rocks relatif banyak masanya.
"Maraknya pembajakan membuat para musisi sulit lagi meraih penjualan signifikan, bahkan band papan atas pun kini sudah tak sanggup lagi mencetak berjuta juta copy, paling tinggi di 400 ribu juga sudah luar biasa," imbuh Anton.